I-Doser, Diminati Sekaligus Ditentang

Your Image alt

Pernah dengar I-Doser? Salah satu jenis aplikasi android berbasis psikoterapi ini ramai disebut sebagai narkoba jenis baru versi digital. Beredarnya video-video mengenai bahaya menggunakan I-Doser di sosial media dan grup-grup whatsapp membuat I-Doser menjadi perbicangan hangat, khususnya di dunia maya. Seberapa besar sebenarnya bahaya menggunakan I-Doser?

Apa Efek yang Ditimbulkan I-Doser?

Aplikasi I-Doser bekerja dengan mengubah gelombang otak para penggunanya. Sensasi yang dialami oleh I-Doser ini tidak sama untuk setiap penggunanya, tergantung kondisi pengguna saat memakai aplikasi android ini. Apa yang membuat banyak orang gelisah dengan adanya I-Doser? Karena efek yang ditimbulkan oleh aplikasi ini adalah jawabannya.

Menurut info kesehatan di situs sidomi.com, seorang guru di Amerika, tepatnya di Mustang High School, Oklahoma, mengungkapkan bahwa tidak sedikit siswanya yang kecanduan I-DOser, yang tidak gratis alias harus bayar untuk mengundunya ini. Ia menjelaskan, reaksi orang tua siswa sama dengan saya yang merasa sangat terkejut.

Nick Ashton: I-Doser Tak Berbahaya

Pemilik I-Doser yang bernama Nick Ashton tidak setuju dengan anggapan bahwa I-Doser berbahaya. Menurut Nick, I-Doser tidak berbahaya dan benar-benar aman untuk digunakan. Tapi tiap penggunanya harus sadar bahwa aplikasi ini bisa menyebabkan modifikasi suasana hati para penggunanya.

Sebuah penelitian yang dilakukan Universitas South Florida pun tampaknya mendukung pendapat Nick Asthon. Para peneliti dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa alunan binaural seperti yang ada dalam aplikasi kesehatan seperti I-Doser sebenarnya memiliki manfaat.

Alunan tersebut terbukti bisa membantu mereka yang mengalami Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) untuk bisa lebih fokus dan konsentrasi. Sementara itu Psychology Today mengungkapkan bahwa alunan binaural biasanya dalam terapi penyembuhan kecemasan berlebih.

Bagaimana dengan di Indonesia?

Sampai saat ini, pengguna I-Doser di negera kita tampaknya tidak banyak dan tidak sebesar di negara-negara lain. BNN (Badan Narkotika Nasional) pun sampai saat ini belum memberi keterangan lebih lanjut mengenai I-Doser yang menurut pendapat banyak orang sama berbahayanya dengan narkoba ini.

Mereka mengatakan bahwa sampai saat ini BNN masih meneliti dengan seksama aplikasi andorid bernama I-Doser ini, termasuk apa sebenarnya dampak negatif dari aplikasi yang dijuluki narkoba digital ini. Di negara kita tercinya, Indonesia, menurut Humas BNN sampai belum pernah ada laporan mengenai kasus I-Doser. Semoga saja tidak akan ada laporannya.

Kamu yang tertarik menggunakan aplikasi ini sebaiknya menunda dulu untuk mengunduhnya di perangkat mobile sampai info kesehatan tentang apakah I-Doser berbahaya atau tidak menjadi jelas. Saat ini memang mudah mencari apapun dengan menggunakan perangkat mobile, mulai dari info dan tips kesehatan sampai aplikasi-aplikasi yang berhubungan dengan kesehatan, tapi ingat bijaklah saat menggunakannya agar kejadian yang tidak dinginkan tidak terjadi pada dirimu.

Sumber:
http://bit.ly/21YIkBW
http://bit.ly/2yRgL65
http://bit.ly/2BE1gDY
http://bit.ly/2oB3Kh2